Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

mengatasi amarah anak-anak

Membantu Anak Meredam Emosi bukan hanya orang dewasa saja yang bisa mengalami ledakan emosi. Namun, anak-anak bahkan balita pun bisa mengalaminya. Bagaimana mengatasinya?

Temper tantrum, begitulah sebutan ledakan emosi yang terjadi pada anak-anak. Biasanya, ledakan emosi ini diungkapkan dengan berbagai cara. Tak jarang mereka mengungkapkan emosinya dengan cara membanting mainannya, atau berteriak-teriak sambil menangis di tengah keramaian.

Temper tantrum bisa bermacam-macam bentuknya, mulai dari merengek, menangis, berteriak-teriak, menendang, memukul atau menahan napas. Pada umumnya sama saja pada anak lelaki atau perempuan dan biasanya terjadi pada anak usia satu sampai tiga tahun. Beberapa anak mungkin sering mengalaminya, ada pula yang hanya beberapa kali, atau bahkan jarang.

Walaupun cara mengekspresikan emosinya berbeda, namun inti dari emosi adalah keinginan untuk melepaskan rasa yang dirasakan. Bisa saja emosi karena terharu atau emosi karena marah. Emosi karena marah inilah yang lebih banyak dirasakan anak-anak, dan satu-satunya cara yang diketahui oleh anak-anak khususnya balita untuk melampiaskan emosi itu adalah dengan menangis, mengamuk atau marah-marah sambil melemparkan mainannya. Hal ini membuat banyak orangtua bingung, bagaimana harus mengatasinya.



Cara Tepat

Orangtua dapat mengurangi emosi yang dirasakan anak-anak dan mengajarkan mereka untuk mengatasi situasi yang membuat mereka emosional. "Katakan kepada anak-anak bahwa emosi dan marah itu boleh saja dan bagian alami dari kehidupan. Namun, melampiaskannya dengan cara yang tepat akan memberikan ketenangan," kata Psikolog Anak Alumni Universitas Indonesia (UI), Dr. Gunawan Hidayat.

Lebih lanjut ditambahkannya, katakan juga pada anak-anak bahwa emosi hanya akan menjadi berbahaya ketika dilampiaskan dengan sebuah amukan. Saat paling sering membuat anak-anak berada dalam ledakan emosi yang sering menjadi pencetusnya adalah emosi ketika seorang adik bayi baru datang, perpindahan keluarga, sebuah perceraian atau pernikahan kembali dari orangtuanya atau ketika keluarga dalam tekanan hal keuangan.

Anak-anak yang terlalu emosional dan tidak bisa mengendalikannya juga bisa menjadi gangguan. Orangtua perlu mengenali tanda-tanda dari emosi yang berlebihan sehingga bisa mendapatkan bantuan untuk anak. Mencari bantuan mungkin semudah membicarakan akan situasinya kepada seorang teman, anggota keluarga atau kepala sekolah.

Seseorang yang tidak asing dengan situasi keluarga kita mungkin dapat memberikan beberapa jalan keluar, nasihat yang berguna. Bila situasinya ekstrem, orangtua mungkin perlu untuk membicarakan dengan dokter keluarga, ahli-ahli jiwa atau bimbingan konseling sekolah, atau orang-orang profesional di bidang ini.



Tanda-tanda

Kebutuhan anak-anak prasekolah adalah mendapatkan rasa cinta, ketentraman hati dan dukungan. Mereka mempunyai sedikit penguasaan dalam kehidupan mereka sendiri dan terlalu muda untuk menggunakan kemampuan memecahkan masalah dengan baik pada situasi-situasi tertentu.

Tanda-tanda bahwa anak prasekolah mengalami tekanan mental atau emosi yang melebihi kekuatannya adalah lebih lekas marah, mengalami teror malam atau mimpi buruk, lebih sering bertingkah laku kasar, menjadi lebih keras kepala atau menuntut atau bahkan menangis lebih sering dari biasanya.

Yang bisa dilakukan oleh orangtua adalah, bantulah anak untuk mengerti situasi. Jelaskan apa yang akan terjadi dengan cara yang mudah dimengerti dan bahasa yang menenangkan hati. Berikanlah keberanian pada anak untuk membicarakan ketakutannya. Kurangilah tekanannya dengan menawarkan pengertian, dukungan dan banyak kasih sayang. Ketika upaya mengendalikan emosi anak tidak berhasil dalam segala usaha untuk membantu anak adalah, jangan ragu untuk meminta nasihat.

"Jangan sungkan untuk menceritakan masalah yang dihadapi anak kepada psikolog anak. Mintalah nasihat ahlinya ketika emosi anak tidak bisa lagi dikendalikan

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar